Jumat, 29 Agustus 2014

SERAGAM LUSUH

Posted by Unknown on 02.52 with No comments
                                                  SERAGAM LUSUH
   Semua orang, tua-muda, tahu dengan panggilan si Didin, dekil dan item. Tapi aku tak mempermasalahkan hal itu, karena pada kenyataannya aku adalah anak kampung yang dekil dan item. Siti Kakaku satu-satunya, yang sekarang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6 SD. Kami tinggal di daerah terpencil dalam pedesaan. dan kami terlahir tidak jauh berbeda sehingga kami dilahirkan dengan jarak yang sangat dekat, sekarang aku kelas 5 SD. 
 
Hanya saja, setiap kali berangkat sekolah di tahun ini tidak sama. Terkadang aku berangkat sekolah pada pagi hari, terkadang pula siang hari. Begitu pun Kakaku Siti. Sekolahku yang membuat kami jadi bergonta-ganti jadwal masuk, karena sekolahku sedang mengalami renovasi akibat badai topan dimalam hari. Namun akan ku ukir semua perjalanan ini menjadi perjuanganku dimasa mudaku.
“Ayo..bangun sit, ini sudah siang. Mau berangkat jam berapa kamu?” Ujar Ibu sambil membereskan baju yang akan dikenakan Kak Siti.
Sementara aku, sedang mengupas Kelapa, untuk membuat serabi yang akan Ibu jual. “Din, jangan lupa juga parutkan Kelapanya ya!.” “Iya.. Bu.” Jawab Didin.
 
     Waktu menandakan pukul dua belas. “Kak siti belum juga pulang.” Masalah besar untukku. Setiap ingin berangkat sekolah, kami selalu tukar baju “di warung mang Sayuti.” Seragam lusuh satu-satunya yang kami punya. Dan kami tak mau ketinggalan untuk sekolah.
“Aku, berlari tergesa-gesa sambil menenteng sepatu.” “Aduhh,, Kak Siti di mana nih?. Ujar Didin dalam hati sambil menatap arah jalan yang biasa dilewati Kak Siti.

Tiba-tiba Siti datang dengan baju yang basah dan kotor dari arah yang biasa ia lewati.
“Kakak...??”
“Didin.. maaf, Kakak telat.” Ujar Siti sambil melepaskan bajunya.
“Kok Kakak lama sekali pulangnya?”
“Ya.. Kakak minta maaf, Kakak tadi ada jam tambahan.” “Din, hari ini, kamu tidak usah sekolah ya?”
“Kenapa Kak?” Tanya Didin, sambil menunjukan muka yang amat kebingungan.
“Soalnya.. bajunya kena air kotor tadi.” jawab Siti. “Tadi teman Kakak ada yang jail, akhirnya kena baju ini.” Siti menjelaskan kembali.

Baju yang biasa dipakai Didin dan Siti hanya satu-satunya yang kami punya. Kami tak mau menyusahkan ibu dengan penuh beban. Makanya kami selalu bergantian mengenakan seragam lusuh ini.
“Tidak!, aku mau tetap sekolah Kak.” Jawab Didin tegas sambil menunjukan mukanya yang sedikit sedih.
“Tapi, baju ini kotor Din.” Nanti kamu dimarahin sama Bu Musri.! “sudah, lebih baik kita pulang kerumah, biar Kakak cuci baju ini!.” Cecar Siti.
“Gak mau Kak, didin mau sekolah!.” “Nanti Didin dimarahin Bu Mus Kak, Didin sudah sering tidak masuk.” Didin tetap ngeyel untuk masuk sekolah.
“Mmm..ya sudah, kamu pakai baju ini. Sekarang kamu pergi sekolah, cepat nanti kamu terlambat lagi.” Hati-hati yaa..?
“Iya, Kak.” Didin senang karena ia bisa sekolah, meski bajunya sangat kotor. Setiba disekolah, Didin hatinya ternganga karena berlari-lari yang mengejar waktu. Dengan bajunya yang kotor, lusuh, dan sedikit basah karena air kotor tadi. Didin tetap masuk menuju ruang kelasnya. Didin tak mau telat masuk sekolah, karena setiap ia telat maka Bu Mus tidak akan mengizinkan masuk. Sudah sering ia terlambat karena menunggu Kak Siti yang belum juga pulang. Karena baju seragam yang dipakai Kak Siti juga dipakai Didin untuk sekolah. Malang memang nasib kami, jangankan untuk membeli baju seragam yang baru. Untuk makan sehari-hari pun kami harus kekurangan. Ibu yang menjadi seorang penjual serabi, tak setiap hari ia berjualan karena harus kehabisan modal untuk membeli kebutuhan yang lain. Belum lagi para tetangga yang mengutang serabi Ibu. Ibu tak kuasa menolak, karena Ibu sangat kasihan melihat tetangganya yang harus kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makanan.
“Didin.. kenapa kamu telat lagi? Dan kenapa baju kamu kotor seperti itu?” tanya Bu Mus.
“Mm.. maa.. maaf Bu, tadi Didin jatuh dan kepleset di jalan sana.” Jawab Didin, dengan wajah yang amat ketakutan.
Aku sengaja berbohong, karena aku tak mau orang lain tahu dengan baju yang selama ini aku pakai. Biarkan ini menjadi rahasia aku dan Kak Siti. Aku juga sengaja berbohong pada Bu Mus. Agar Bu Mus mau percaya padaku dan tidak lagi mengeluarkan aku dari ruang kelas, karena ulahku yang hampir setiap hari membuat Bu Mus kesal melihatnya. Perjuangan kami untuk terus sekolah begitu semangat. Hingga aku ingin melanjutkan di perguruan tinggi setelah aku tamat sekolah.

Sekolah SMP dan SMA sudah kulewati, hanya Kak Siti yang tamat hingga SMP saja. Kami sebenarnya mendapatkan beasiswa akan tetapi Kak Siti memilih untuk mengurus Ibu dirumah karena umur Ibu sudah tidak muda lagi.
“Bu aku ingin masuk ke perguruan tinggi!.” Ujar Didin.
“Memangnya kamu dapat uang dari mana Din?.” “Biaya kuliah itu mahal lho Din.. kamu mampu membayarnya?” Tiba-tiba Siti mencela.

Iya nak.. “Ibu sudah tidak mungkin untuk membiayai kalian sekolah.” “Ibu tak punya apa-apa lagi nak.” Jawab Ibu.
“Tapi Bu, Didin ingin tetap kuliah, karena Didin mau meneruskan cita-cita Didin bu!.” Tegas Didin kembali.

Ya sudah.. “kamu boleh saja kuliah.” “Dan kejar cita-citamu itu. tapi ingat.!! jangan kamu menyusahkan Ibu!.” Siti ketus menjelaskan.
“Kakak dan Ibu tenang saja, Didin tidak akan menyusahkan kalian.” “Bu, Didin mohon maaf kalau selama ini, Didin terlalu banyak menyusahkan Ibu.” “Dan sekarang Didin akan pergi dari rumah ini.” “Aku akan pergi ke Serang untuk kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Bu.” “Aku mendapatkan Beasiswa di sana”
“Memangnya kamu siap pergi kesana?” tanya Siti kembali
“Insya Allah Kak.. aku siap untuk kuliah di sana!.” Ujar Didin dengan tegas dan penuh keyakinan.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba untuk Didin pergi ke Serang, barang-barang dan baju yang ia butuhkan sudah dikemas rapi di dalam kopor. Setelah shalat subuh Didin berangkat ke stasiun menunggu kereta api. Namun sebelum itu, Didin menemui kak Siti dan Ibunya untuk pamitan.
“Ibu, Kak Siti, Didin sekarang mau pergi ke Serang.” “Aku mohon Bu.” “Izinkan Didin untuk melangkahkan kaki ini, untuk mengejar apa yang Didin cita-citakan.” Didin meminta izin kepada Ibu dan kakaknya sambil meneteskan air matanya yang membanjiri kedua pipinya.
“Baiklah anakku.. Ibu izinkan kamu pergi ke sana.” “Kejarlah cita-citamu nak.” “Semoga engkau menjadi penerus bangsa yang jujur dan bijaksana.”
“Terimakasih Ibu.. Didin akan selalu ingat dengan kata-kata Ibu.” “Didin hanya minta satu hal sama Ibu, Do’akan Didin Bu.” “Agar aku bisa mewujudkan cita-citaku, untuk menjadi orang yang bisa menolong rakyat kita dari kemiskinan ini.”
Didin senang karena tak disangka ia telah mendapat restu dari Ibunya. Didin selalu menghormati keputusan yang diucapkan sang Ibu. Didin selalu menganggap Ibu adalah berlian permata yang dimiliki sepanjang hidupnya.

Kamis, 28 Agustus 2014

TANYA DARIKU

Posted by Unknown on 02.03 with No comments
Tanya Dariku
Abd. Rahman/Ame’                
Kanang, 05/08/2014


Terbangunku dalam tanya yang menghujat
konsekuensi yang di sebab akibatkan oleh idealis yang tak akurat
dan di jabarkannya kesesatan dalam propaganda para aristokrat
sehingga bangsa yang penuh kehormatan
tak lagi memiliki kebenaran dan kedamaian


Ambigu dalam alienasi yang menghancurkan
posisi yang kontradiktif dalam dialektika kehidupan
Tak ada kelinearan materi saat menegasikannya
Namun dengan Konsepsi revolusi yang rasional
Yang Menghantam kerasnya benteng marjinal
Menghujam sisa–sisa feodalis yang mengganjal
Memaksa kerajaan kapital
tumbang yang memang abnormal
dan membangunkan embrio sosialis yang orisinal 


Meng-oposisikan diri dalam garis berlawan
memang bukanlah sebuah solusi namun suatu keharusan
walau dengan justifikasi yang menghantam
walau dengan teriakan yang harusnya di bungkam
namun dengan semangat juang yang memaksa diaknesasi
Hingga akhirnya dengan mendepolitisasi
menjadi sebuah keabsahan solusi
yang takan lagi di dramatisir olehnya yang anani


Hey kau yang menjustis dirinya sebagai Tuan
dapatkah kau memperlihatkan sebuah keadilan
dapat kah kau memberikan sebuah jawaban
yang kemudian signifikan
dengan keadaan yang semakin menunjukkan
penindasan, penghisapan, dan pengeksploitasian


Hey kau sang pemberi modal
dapatkah kau mendeteksi sesuatu yang krusial
dan menunjukkan kebenaran yang tak lagi relatif namun aktual
tak lagi pragmatis dalam menjelaskan gagasan yang ideal
sehingga sesuatu yang kami harapkan
tak lagi menjadi justifikasi utopia yang dipaparkan
oleh mereka yang ingin kau hancurkan


Ini bukanlah celoteh anak ingusan yang alegoris
dan juga bukanlah uraian apologi seorang akademis
apa lagi tuntutan-tuntutan orasi para aktivis
namun ini adalah ribuan tanya yang penuh analisis
tanpa konspirasi teori yang retoris
yang hanya memposisikan pada kebutuhan individualis


Hey kau yang bergelar Agen Perubahan
eksistensimu kini di pertanyakan
mampukah kau merubah dunia dengan demonstran
mampukah kau menata dunia yang telah berantakan
Hey kau si penyambung lidah Rakyat
tahu kah kamu yang di inginkan Rakyat
tahukah kamu yang di butuhkan para Proletariat


Kesesatan semakin membodohi karna manipulasi
hegemoni karna kendali dari para penghuni tirani
yang semakin membebani,
memaksa untuk bersaing hingga salah satu dari kita akan mati

haruskah kita ke palestina memastikan peperangan yang terjadi
menanyakan apakah itu perang Agama
walau ternyata itu adalah krisis ekonomi
haruskah kita kembali menanyakan
peristiwa pengeboman gedung putih
yang katanya dilakukan pihak teroris Al Qaedah
walau ternyata hanyalah Fitnah keji
karena pengalihan issue politik internal Amerika
haruskah kita mengungkit kembali kasus Bank Century
yang pada saat bersemaan di beritakan juga
kasus vidio porno C.T L.M dengan Ariel
yang ternyata kasus vidio itu hanyalah pengalihan issue
untuk menutupi pemberitaan kasus bank century
yang memberikan banyak kerugian kepada Bangsa
hey Agen Perubah Hey Kaum muda
harus kah kita seperti itu ?


Datanglah para Agen Perubah yang islami
memberikan kritik dan penjelasan yang sukar di pahami
namun hanya teori beretorika yang mampu di pamerkan
tanpa adanya kesatuan tindakan dan gerakan
Datanglah juga rombongan kaum muda yang moralis
menjelaskan secara detail tentang permasalahan negeri
mencoba memeberikan solusi tentang kultur yang terkikis
agar di selamatkan untuk menyelamatkan negeri
dan Turut juga kaum yang mulia “katanya”
memberikan gagasan yang keras
tak berimbang, dan tidak sesuai dengan realita yang ada


Sampai kapan kita akan bergulat pada persoalan defenisi
atau teori yang tak ternilai karena tidak adanya praktek nyata
sampai kapan kita akan berbangga
pada budaya yang juga telah di kapitalisasi
sampai kapan kita akan beradu argumen
yang hanya membawa satu kepentingan
satu Agama, satu sistem, hingga satu person
tanpa Agama, sistem dan person lain


Hey kaum muda sampai kapan kita akan tertidur
tidur nyenyak dalam nina bobok yang terorganisir
sampai kapan kita akan saling menjatuhkan
bahkan sampai-sampai harus dengan gelar kafir


Kalian mungkin telah terombang-ambing
terperangkap dalam hegemoni para pengadu kambing
bak harimau forum yang telah patah taring
akhirnya hanya bersisakan argumen yang kocar-kacir
membuat para penguasa tertawa dengan cengar-cengir
karena telah berhasil membuat kita menjadi fakir
fakir ilmu dan pembacaan kondisi yang begitu mubazir


akankah tetap seperti ini
akankah tetap di jajah di negeri sendiri,
perubahan ada di tangan kalian
jika memang seperti itu
tunjukanlah dan raih sebuah kebenaran sejati
kebenaran yang penuh dengan kedamaian
kebenaran yang penuh dengan Kasih sayang

Ame Left Proletar

Moralitas Pelajar Jaman Sekarang

Posted by Unknown on 01.54 with No comments

Moralitas Pelajar Jaman Sekarang

Masa remaja adalah masa yang tak pernah terlupakan dan merupakan masa yang paling indah. "Jika masa itu terlewatkan maka ia akan merasa rugi" setidaknya begitulah kata anak-anak remaja sekarang ini. Pelajar merupakan aset bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa serta membela tanah air memang selayaknya bertindak sesuai aturan dan norma yang ada. Selain belajar dan menuntut ilmu, pelajar yang normal seharusnya menjungjung tingkat nasionalisme serta memiliki akhlak yang baik. Jika sudah mempunyai poin-poin tersebut, bangsa kita akan terbebas dari hal-hal yang negative seperti tindakan kekerasan bahkan tindakan asusila.

Belakangan ini Indonesia dikejutkan dengan kelakuan para pelajar yang sudah bertindak diluar batas normal. Bukan hanya melakukan tawuran yang memang sangat merugikan semua pihak, melainkan video porno yang sudah beredar hampir keseluruh tanah air dengan adegan yang menurut dunia pendidikan sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang pelajar apalagi didepan umum. Ironisnya, pelajar-pelajar yang melakukan aksi melakukan tersebut sama sekali tidak merasa keberatan merekam tindakan asusilanya tersebut dan bahkan menjadikan aksi tersebut sebagai lelucon dan gurauan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi sedangkan yang seharusnya mereka lakukan adalah belajar serta menuntut ilmu demi masa depan mereka dan kemajuan bangsa. Karena ingin mendapatkan kesenangan di masa remaja, banyak anak-anak remaja mengorbankan uangnya hanya untuk sekedar berfoya-foya merusak dirinya karena tingginya perasaan ingin tau serta dorongan dari teman-temannya dan yang paling menyedihkan mereka tidak menyadari betapa sakitnya orangtuanya mencari nafkah hanya untuk anak-anaknya. Tetapi, banyak juga remaja yang menyadari hal itu.

"Bagaimana moral remaja pada masa kini?" Apakah moral remaja masa kini itu dilarang oleh agama, atau malah diperbolehkan oleh agama? Banyak sekali kritikan yang datang dari ahli-ahli agama, terutama masalah pacaran. Ahli agama mengatakan bahwa perilaku remaja sekarang ini melanggar norma-norma yang ada di kalangan masyarakat. Hal itu dikatakan karena tidak sedikit remaja yang berpelukan, berpegangan bahkan berciuman di depan umum. Hal tersebutlah yang sangat dilarang oleh agama. Seharusnya mereka jangan melakukan itu. Kebanyakan moral remaja sekarang ini rusak. Kenapa demikian? Karena tidak sedikit pelajar SMA sudah merokok, bahkan bukan hanya SMA, SMP bahkan SD juga sudah melakukan kegiatan itu, bukan cuma itu saja tapi sudah ada yang memakai ganja. Seorang gadis yang harusnya menjaga keperawnannya sekarang sudah banyak yang tidak perawan. Pelajar yang harusnya pergi ke sekolah malah bermain-main keluyuran di jalan umum, uang sekolah yang harusnya dibayar malah dihabiskan sendiri hanya untuk bersenang-senang. Mereka tidak menyadari betapa sulitnya orang tua mereka mencari nafka hanya demi anaknya.

Pemerintah yang menanggapi permasalahan tersebut melihat adanya aspek pengawasan yang rendah dari orang tua pelajar-pelajar tersebut serta rendahnya pengawasan dari aparat setempat jika ditinjau mengenai kasus tawuran antarpelajar bahkan antarmahasiswa. Bimbingan yang kuat serta pengawasan dari pendidik juga sangat diperlukan, apalagi motif yang mendasar adanya tindak kekerasan atarpelajar tersebut adalah persaingan antar sekolah serta dendam pribadi dari salah satu pelajar yang menjadi provokator. Tindakan kekerasan dan asusila yang mewabah kepada pelajar jaman sekarang harus disikapi dengan bijaksana agar adanya penyelesaian yang efesien. Diperlukan pengawasan yang lebih dari orang tua dan pendidik sekarang ini agar pelajar yang bersikap diluar batas bias diarahkan menjadi lebih baik. Jika tidak ada tindakan yang tegas, tawuran dan tindak asusila akan merajalela serta nilai-nilai bangsa akan hilang begitu saja.

Pegawasan yang ketat memang merupakan kunci utama yang harus dilakukan orang tua dan guru-guru sekarang ini. Karena lingkup termudah yang turut andil dalam pencegahan tidak kekerasan dan asusila terhadap pelajar adalah dimulai dari keluarga dan lingkungan sekolah. Pemerintah pun harus tetap berupaya dalam penuntasan kasus-kasus tersebut melalui aparat setempat dan system keamanan yang berlaku diseluruh wilayah tanah air. Pelajar Indonesia harus diarahkan kepada segala hal yang positif karena merekalah yang menjadi generasi penerus bangsa. Menjadi siswa-siswi yang berprestasi dan membanggakan haruslah menjadi target mereka. Dengan demikian, peran orang tua serta pemerintah dalam mewujudkan generasi bangsa yang cerdas tidak akan sia-sia.